Kisah superhero nampaknya masih selalu akan menjadi tontonan seru. Aksi spektakuler, perseteruan antar karakter, konflik kepentingan dan juga jati diri menjadi bahan baku yang diracik dalam film karya sutradara Sam Raimi ini. Tak lupa, bumbu komedi juga menghiasi beberapa adegan di film ini.
Bukti dari keberhasilan Sam Raimi adalah Spiderman 3. Jika di Spiderman 2 sang Peter Parker harus menenangkan diri sendiri dari konflik batin dan keinginan diri sendiri melawan kepentingan umum sebagai superhero, maka di Spiderman 3 ini dia benar-benar berhadapan dengan diri sendiri secara nyata dan bahkan secara fisik. Meskipun patut diakui juga bahwa konflik ini makin menjadi-jadi karena ada sedikit campur tangan dari makhluk parasit simbiotik dari luar angkasa.
The Characters
Peter Parker (Tobey Maguire) pada awal cerita ini masih seperti 2 cerita sebelumnya, seorang kutu buku yang sering di-bully kawan-kawan kelasnya. Namun Peter cuek saja, karena saat ini dia benar-benar menikmati rasanya menjadi superhero yang dielu-elukan orang. Hal ini lalu berkembang menjadi rasa terlalu bangga pada diri sendiri, dan mendorongnya ke dalam sisi gelap. Konflik karakter dalam diri Peter benar-benar menghias sebagian besar adegan di film ini. Ketika Peter menjadi jahat, Maguire juga mampu membawakan sosok keseharian Peter sebagai sosok pria nakal, metroseksual, rule breaker dan semau gue. Suatu pemandangan langka bagi fans Spiderman yang dalam 2 seri sebelumnya selalu melihat Peter sebagai si kutu buku.
Mary Jane (Kirsten Dunst) yang sempat manggung di Broadway, kali ini harus banyak mengelus dada. Dunst benar-benar mampu membawakan perannya sebagai gadis yang sempat jatuh karirnya, haus kasih sayang sang kekasih yang selalu tidak ada ketika dibutuhkan, serta kecewa terhadap sikap kekasih yang self-centered. Namun demikian, dia tetap menjaga rahasia identitas Spiderman sebagai bentuk tanggung jawabnya kepada Peter, bahkan ketika Peter sudah jatuh ke sisi gelap.
Harry Osborn (James Franco) yang dulunya adalah sahabat MJ dan Peter banyak dilibatkan dalam alur cerita film ini, dari awal hingga akhir. Bahkan Harry merupakan salah satu tokoh kunci dalam cerita Spiderman 3. Hal ini patut dipahami mengingat Harry cukup banyak membentuk pola cerita sejak Spiderman seri pertama. Harry masih menyimpan dendam kepada Peter atas kematian ayahnya. Namun suatu kecelakaan membuatnya hilang ingatan dan sempat rukun dengan Peter. Sebuah guncangan emosi kemudian mengembalikan ingatannya tentang kematian sang ayah, dan dia pun kembali menaruh dendam kepada Peter.
Karakter antagonis Flint Marko (Thomas Haden Church) yang kemudian menjadi Sandman, digambarkan sebagai orang yang kebetulan (atau sialnya) berada di tempat dan waktu yang salah. Nasib memutar balikkan bapak berputri sakit ini untuk melakukan kejahatan, meskipun dia sendiri sesungguhnya tidak menginginkannya. Konflik batinnya sebagai orang yang terpaksa jahat karena butuh uang untuk mengobati sang putri tidak terlalu ditonjolkan. Hanya aksi-aksinya yang lebih banyak digambarkan dalam film ini. Dan lagi-lagi, nasib yang ajaib merubahnya dari seorang penjahat kambuhan menjadi sosok yang memiliki kemampuan super.
Karakter pelengkap yang nantinya menjadi antagonis (ups…! ^^), Eddie Brock (Topher Grace), digambarkan sebagai sosok yang pada awalnya ingin maju dalam hidupnya. Namun ketika mengalami hambatan dan terjungkal, dia pun menjadi pria putus asa dan diliputi kekecewaan yang terlalu mendalam. Hal ini berkembang menjadi dendam kesumat terhadap Peter, orang yang menjungkalkannya. Didukung oleh entitas simbiotik yang sempat hinggap di tubuh Peter, dia pun melancarkan balas dendamnya.
The Story
Pada awal cerita Spiderman 3, kita akan menemui Peter Parker seperti pada akhir cerita Spiderman 2. Dia benar-benar menikmati menjadi superhero yang dielu-elukan masyarakat, dan dia pun cukup banyak berkorban untuk melakukan hal itu. Namun sayang sekali, ketenaran dan perhatian masyarakat terhadap Spiderman membuat Peter terlalu merasa bangga pada diri sendiri. Hal inilah yang nantinya akan mendorongnya memasuki sisi gelap seorang superhero: OVER PRIDE. Dalam hal hubungan asmara dengan Mary Jane (Kirsten Dunst), keduanya kini makin dekat dari sebelumnya.
Namun ketika MJ dipecat dari peran yang dia bawakan, dan saat dia terpuruk, Peter justru larut di dunianya sendiri dan terlalu bangga atas prestasinya sebagai Spiderman. MJ yang sempat muak ini pun juga mengalami banyak tekanan dan konflik batin (lagi-lagi konflik batin) antara harus meneruskan hubungan dengan Peter yang juga Spiderman, atau berhenti saja.
Masalah sang superhero tidak berhenti sampai sini. Sebuah entitas simbiotik parasitis dari luar angkasa sempat hinggap di tubuhnya. Didukung oleh perasaan terlalu bangganya, entitas ini makin memicunya untuk jatuh ke dalam sisi gelap. Peter sendiri sempat menikmati hal ini. Perasaan bebas, berkuasa, dan penuh kekuatan sungguh merupakan suatu godaan bagi Peter. Sifat keseharian Peter yang kutu buku lalu berganti menjadi Peter si bad boy. Dia banyak melakukan hal-hal yang bertolak belakang dengan sifat aslinya yang lemah lembut. Peter bahkan secara kejam, nyaris membunuh Flint Marko yang dianggap sebagai pembunuh Ben Parker sesungguhnya.
Namun bukan jagoan namanya kalau tidak mampu mengatasi masalah di dalam diri sendiri. Peter dengan segenap daya (dan keberuntungan) akhirnya mampu menyingkirkan entitas itu dari dirinya. Adegan melepaskan entitas dari induk semang ini sempat terlihat oleh Eddie Brock, wartawan Daily Bugle yang didepak oleh Peter ketika jatuh ke dark side, yang akhirnya mengetahui identitas asli Spiderman. Entitas yang sanggup menyalin kemampuan induk semangnya itu, secara takdir yang cukup ajaib, hinggap ke tubuh Eddie. Eddie pun berubah menjadi Venom.
Dengan kekuatan barunya, Eddie berencana membalaskan dendamnya kepada Peter. Venom lalu bekerjasama dengan Sandman untuk menggilas Peter. Mereka menculik MJ untuk memancing Peter. Lalu bagaimana akhirnya? Hohoho, Anda harus melihat sendiri film ini yang akan mulai ditayangkan di bioskop seluruh dunia pada 13 Mei yang akan datang.
Venom’s Story (Comic vs Movie)
Mungkin untuk para penggemar komik Marvel, Spiderman 3 ini merupakan salah satu seri yang ditunggu-tunggu. Dua jagoan antagonis (Sandman dan Venom) menghajar Spidey memang salah satu adegan yang paling dinantikan (terutama bagian Venom). Namun kalau kita bicara soal cerita, ada beberapa sedikit perbedaan mendasar yang cukup signifikan mengenai asal mula entitas simbiotik parasitis yang menjadikan karakter Venom ini eksis.
Jika dalam komik diceritakan bahwa entitas ini berada di bumi karena ikut terbawa Spiderman dari luar angkasa pada akhir cerita komik Marvel “Secret Wars”, maka di film hanya diceritakan bahwa entitas ini jatuh ke bumi bersama sebuah meteor kecil. Saya sempat mengalami kekecewaan karena sempat berkhayal bahwa cerita Spiderman 3 akan diawali ketika Secret Wars itu berakhir, dan entitas itupun ikut terbawa Spiderman ke bumi. Namun jika dipikir lagi, ada sekian banyak hero yang harus terlibat jika jalan cerita itu dipertahankan dan ini cukup memusingkan. Padahal karakter Venom ini cukup melekat di hati para pemerhati Spiderman jika ditanya soal “siapa rival Spiderman yang paling menarik?”. Jika adegan ini dipaksakan, jelas akan mengundang pertanyaan dan secara langsung akan mempengaruhi penonton Spiderman 3.
Cerita juga menjadi tidak terfokus karena adegan itu jelas akan meracuni pikiran penonton Spiderman 3 yang tidak membaca buku Marvel. Mereka jelas akan penasaran mengenai “apa yang terjadi?”, “kenapa ada X-Men? Hulk?”, “kok mereka bisa ketemu?”, dan segala macam penasaran lainnya. Oleh sebab itu, Sam Raimi menggantikan adegan yang ‘over spectacular’ itu dengan adegan kecil yang cukup pantas berada di awal film ini.
The Cinematography
Sinematografi film ini cukup baik. Hiruk pikuk kota besar yang kadang diwarnai kriminalitas nampak cukup terlihat. Angle kamera benar-benar mampu menangkap adegan-adegan spektakuler. Efek animasi Sandman ketika menjadi raksasa pasir sungguh merupakan salah satu adegan yang paling mengagumkan di sepanjang film ini.
Adegan kejar-kejaran Spiderman dengan Green Goblin di gang-gang sempit antara gedung-gedung tinggi juga mengundang decak kagum. Juga ketika adegan gedung runtuh dan Spiderman berusaha menyelinap diantara reruntuhan yang jatuh itu, juga membuat banyak penonton menahan nafas walau sekejap. Yang sangat disayangkan adalah korbannya hanya itu-itu saja. Tidak digambarkan adegan korban lain yang secara ajaib dan tidak diketahui berhasil menyelamatkan diri dari gedung runtuh itu. Juga adegan Spiderman beraksi dengan topeng kurang banyak terlihat di film ini, tidak seperti pendahulunya. Peter lebih banyak beraksi dengan topeng terlepas, atau tercabik-cabik.
Dan satu lagi yang patut disayangkan, kemunculan Venom tidak terlalu lama, padahal justru Venom inilah yang benar-benar dinantikan oleh penggemar Spiderman. Konflik internal dan eksternal Peter lebih banyak menghias film berdurasi 140 menit ini.
Soal kostum MJ, pada sebagian akhir film ini tampaknya mengalami penurunan dibanding film sebelumnya. Bisa cukup dipahami karena Peter sempat berganti kekasih dan nampaknya Sam Raimi ingin menitik beratkan beberapa alur cerita pada eksplorasi sifat jahat Peter, termasuk pada bagian berganti kekasih.
Oh ya, segelintir adegan humor sempat menghiasi film ini dan cukup mengundang tawa. Meski hanya sebentar, Bruce Campbell sempat menjadi salah satu kameo adegan humor ketika Peter hendak melamar MJ.
The Music
Musik pengiring film ini tidak banyak berubah. Musik asli Danny Elfman kini dibawakan oleh Christopher Young, dan masih tidak jauh berbeda seperti seri sebelumnya. Meskipun demikian, adegan-adegan yang mengundang decak kagum rasanya memang cukup pantas diiringi musik-musik yang dibawakan oleh maestro yang satu ini.
Overall
Jika Anda merasa Spiderman 2 cukup banyak konflik jati diri, maka konflik itu benar-benar terasa di Spiderman 3 ini. Film ini tidak sepenuhnya tentang adu kesaktian saja, namun lebih menitik beratkan ke hidup keseharian Peter. Anda akan banyak menemui perubahan sikap dan tingkah laku Peter, dan juga menyadari bahwa superhero juga tetaplah manusia biasa yang memiliki emosi dan angan-angan pribadi.
Film ini sangat baik dari segi cerita yang penuh pelajaran dan drama, dan juga adegan yang menggugah adrenalin. Spiderman 3 benar-benar mampu menggabungkan unsur action sci-fi dan drama roman, yang dibumbui konflik jati diri dan balas dendam. Cocok ditonton bersama pacar, teman-teman penggemar film Spiderman, maupun film yang menyatukan drama dan action.
CO Rates: A
General Information
Director : Sam Raimi
Cast
Tobey Maguire : Peter Parker/Spider-Man
Kirsten Dunst : Mary Jane Watson
James Franco : Harry Osborn / Green Goblin
Thomas Haden Church : Flint Marko/Sandman
Topher Grace : Eddie Brock/Venom
Bryce Dallas Howard : Gwen Stacy
James Cromwell : Captain George Stacy
Rosemary Harris : Aunt May Parker
Bruce Campbell : Maitre D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar